Ada acara baru di Trans TV tiap Minggu malam namanya "Akhirnya datang juga". Menurut majalah Tempo edisi 10 Desember 2007, acara ini merupakan komedi adaptasi dari "Thank God You're Here" yang berasal dari Net-work Ten, televisi Australia. acara ini adalah komedi improvisasi, artinya semua pemain tamu yang menjadi bintang tidak dibekali skenario, sehingga hiburan akan tergantung dari kehebatan improvisasi dari sang bintang.
Saya sendiri belum pernah menonton acara ini. Namun laporan dalam rubrik televisi di majalah Tempo ini menarik perhatian saya. Sepengal cerita disajikan sebagai contoh komedi improvisasi ini. Bisa ditebak, komedi ini mempermainkan penderita gangguan jiwa. Seorang bintang yang menjadi tamu disuruh berperan sebagai dokter, dan masuk ruangan menemui suster yang seksi dan genit. 'Dokter' yang diperankan bintang tamu ini tergoda. Akhir cerita, ada kolega 'dokter' datang mengingatkan. Sang 'dokter' hanya seyum kecut, karena ketahuan berbuat salah berpacaran dengan suster. Saat diberi tahu bahwa yang dilarang adalah dokter berpacaran dengan pasien, sang 'dokter' inipun bengong. Dan keadaan menjadi lebih seru lagi saat dikatakan bahwa suster genit itu sebenarnya adalag pasien gangguan jiwa.
Jelas, ini jenis lelucon yang mentertawakan diri sendiri. Sayangnya yang ditertawakan bukanlah kebodohan dokter yang ketahuan berpacaran dengan suster yang seksi. Juga bukan dokter yang berpacaran dengan pasien, namun seorang dokter yang ketahuan tergoda berpacaran dengan penderita gangguan jiwa.
Cerita ini lagi-lagi memperkuat kesan negatif terhadap penderita ganguan jiwa. Bahwa mereka adalah seseorang yang tidak patut di dekati. jadi bisa dibayangkan bila seseorang bukan hanya dekat, tetapi juga naksir dan perpacaran dengan penderita gangguan jiwa, pastilah dianggap sebagai suatu kebodohan, suatu aib. Dan karenanya semua tertawa, mentertawakan kebodohannya dan sekaligus mentertawakan penderita gangguan jiwa. tidak peduli mereka jauh lebih keren dari orang kebanyakan, tidak peduli bahwa mereka jauh lebih menarik, lebih seksi, lebih menggetarkan hati, namun saat tahu bahwa ia seorang penderita, maka kesanpun berubah berbalik arah.
Apakah komedi seperti ini akan terus kita biarkan muncul dalam panggung hiburan kita?
Ir
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment